Sejarah hanya bisa direbut oleh para pemberani dan berakal

Kapan saya akan diwisuda?

Semilir angin menerpa wajahku
Bercumbu mesra dengan kopi susu
Adik lantai bertanya wisudaku?
Aku jawab asu ..
Dik senyum tersipu malu
Ucapnya lirih asu too
Aku acuh sembari mengaduk kopiku
Kutatap tingkat c 2 yang menkaratkan langkahku
Begitu berbenalu hantu
Teman datang penuh ragu
Mau kuliah nunggu waktu
Duduklah bersama mengisap cerutu
Ucap kita "pingin pinter wajib pinter dulu. Pingin sugih wajib sugih dulu"
Itu kan sangat asu!
seperti orang terlambat tak layak maju
Melawan stigma logika seperti mencari penawar sianida.
Aku berkata "demi dedaunan yang runtuh didepanku. Tak akan ada lagi keruntuhan di tanah ini. Semangat, harga diri, logika dan hidup tak kan runtuh walau gemuruh asu mengatakan kita kalah dalam hidup dikampus nan lugu"

Ahong

9.7.16
Restan restan rindu menggunung asmara # 
Fenomena kosmik debu semesta # 
Bagai peluru menghujam jantung tanpa cucuran darah #
Tapi kadang begitu terbang tanpa arah #
Bebas lepas ....
Aku bertanya mengapa dentuman membuat ngilu hati? #
Penuh ego, tanpa logika namun seindah pelangi imajiner#
Kucoba diam membeku laksana es dipegunungan semeru #
Bertahan beku kala panas mentari menyerbu#
Karena logika berucap itu tiada guna laksana cerutu #
Nyatanya aku kalah dengan syamsu #
Penjara es meleleh membebaskanku#
Aku bercumbu dengan kebebasanku #
Dan aku takut akan menjajah dirimu#
*
Kau bukan thesis, anti thesis bahkan dialekta rasa#
Itu kemurnian dari getar semesta #
Tapi apalah beda menyapamu dengan menyapa embun dikala pagi#
Tak membekas dan aku yakin tak ada yang abadi#
Menguap menguap menguap#
Tak ada beda menyapamu dan menyapa bintang #
Terlalu jauh hingga gema terasa bisu #
Itu hanya laksana gonggongan anjing diluar angkasa #
Aku merintih bertanya pada semesta:
Mengapa getar ini hanya monopoli hatiku saja?#
Mana harmonimu,semesta?#
Jirrr ternyata bertanya padanya laksana bertanya pada tuhan bernama#
Percuma begitu menganga #
Hanya doa tersemat di sudut realita #
Semua menuju pada kemuliaan dalam menjalani hidup #
Berlogika, berasa, bermakna dan dalam cengkraman keluhuran nyawa # 

Daendels 2016 Berganti Nama Menjadi Jokowi


            Masa pemerintahan Joko Widodo kini (2016) memasuki masa pertengahan. Kritik tajam, saran dan masukan yang merupakan cerminan sikap mengawal pemerintahan terasa melempem, tak deras dan menguap begitu saja. Publik sibuk mengurusi isu LBGT, Tere Liye, moral, keagamaan, dan isu lainnya. Isu vital dan strategis seolah susah naik kepermukaan seperti Indonesia yang terjajah, Kemiskinan, Kepengangguran, Ketimpangan, Ketergantungan, Kebodohan, Kesehatan,dan Konflik. Ketika isu vital tersebut tidak ada maka kesempatan menagih janji pemerintah pun terasa seperti berteriak teriak bak guruh disaat matahari terik. Isu yang disibukan masa-masa sekarang pun tidak memberikan dampak yang besar pada rakyat jika dibahas. Isu yang bergulir saat ini dilingkungan masyarakat membuat pemerintahan Joko Widodo duduk nyaman dan dapat menjalankan program pemerintahan tanpa mengurusi nada-nada kritik, cacian, makian oleh rakyat atau bahkan yang berkedudukan sebagai oposisi. Apalagi yang berperan sebagai oposisi kini terlihat semu dan susah menggantungkan harapan pada oposisi dalam pengawalan kinerja pemerintah.
            Memahami Joko Widodo saat ini seperti mengenal Daendels era modern. Joko Widodo sebagai komprador (perantara) antara pihak asing dan pihak Indonesia sama hampir mirip Daendeles menjadi perantara antara pemerintahan Belanda dengan rakyat nusantara (1808-1811). Perbedaan terletak pada Joko Widodo memiliki tuan-tuan banyak negara sementara Daendels memiliki tuan negaranya sendiri yakni Belanda. Hal ini terlihat pada sistem pembangunan infrastruktur pemerintah Indonesia yang sedang digenjot pemerintah. Pembangunan jalan, kereta api, tol laut, dan sistem transportasi bahkan pengairan terus dibangun dengan modal asing. Kerja sama ekonomi selalu menuntut untuk untung antara pemilik modal maupun yang mengelola modal. Kerja sama ekonomi tersebut menggambarkan posisi Jokowi seperti mandor pembuat infrastruktur Indonesia dan asing yang akhirnya memiliki keuntungan. Jika Daendels lebih dikenal karena membangun jalan Anyer-Panarukan (lebih tepatnya pembangunan dari Buitenzorg-Cisarua) untuk mempermudah distribusi hasil bumi rakyat Nusantara yang berdampak memudahkan Belanda mengambil keuntungan dari geliat ekonomi yang meningkat di Jawa. Sama seperti jokowi membangun infrastruktur Indonesia untuk mempermudah akses dan meningkatkan denyut ekonomi namun kesiapan kemampuan rakyat membuat keuntungan bisa jadi lebih banyak dinikmati oleh pemberi hutang.
            Analogi sederhana, jika pemerintah dapat membangun jalan raya maka pengguna mobil dan sepeda motor semakin nyaman. Disisi lain bangsa Indonesia belum dapat menciptakan mobil dan motor. Sehingga dapat disimpulkan siapa yang akan menikmati keuntungan lebih. Jika pemerintah mempermudah akses internet hingga kepelosok desa. Disisi lain bangsa Indonesia belum mampu memiliki daya cipta dibidang Teknologi komunikasi dan hanya baru taraf menjadi konsumen. Maka dapat disimpulkan pihak yang menikmati keuntungan. Jika ada keuntungan dipihak rakyat pun bukan keuntungan dari pangkal kegiatan ekonomi namun hanya cabang dari kegiatan ekonomi. Keuntungan antar konsumen dan konsumen yang sama-sama menggunakan perkakas dari asing untuk kegiatan ekonomi (produksi, konsumsi dan distribusi). Kegiatan ekonomi bangsa ibarat ranting yang rapuh, hanya sekedar pihak konsumen dan asing adalah batang dari kegiatan ekonomi yang menopang ranting yang rapuh. Lalu diperparah humus dari pohon tersebut milik Indonesia namun ketika pohon menghasilkan buah bahkan daun yang dapat menjadi humus kembali diambil oleh asing tanpa kembali ketanah tempat pohon itu tumbuh.
            Pembangunan jalan oleh Daendels dilaporkan terlaksana dengan kerja rodi dan menelan korban jiwa. Hampir sama seperti Jokowi melakukan pembangunan walau tanpa kerja rodi namun berpotensi menelan korban jiwa. Tidak bisa dilihat secara kasat mata dan masa kini namun bisa terjadi dimasa yang akan datang bahwa pembangunan masa kini berpotensi menelan korban jiwa. Tidak bisa menjamin bahwa sistem hutang-piutang akan berjalan normal dan kondisi Indonesia stabil bahkan lebih maju. Jika kondisi tidak indah seperti yang dibayangkan dan management hutang-piutang tidak berjalan baik. Maka beban hutang anak cucu semakin banyak dan dapat jumlah hutang dapat membuat nilai suatu bangsa tidak bagus dalam pergaulan ekonomi dunia. Pemerintahan Joko Widodo pun hanya pihak pengutang dan tukang proyek infrastruktur saja karena bisa dipastikan pemerintah yang akan datang menjadi pemerintahan yang pusing membayar hutang dan menikmati infrastruktur atau bahkan infrastruktur yang dibangun tinggal puing-puing sebelum hutang terlunasi. Dikektorat Jendral Pengelolaan, pembiayaan dan resiko kementerian keuangan menyatakan bahwa pembayaran hutang Indonesia rata-rata jatuh tempo rata rata hampir 10 tahun. Jika pun Jokowi terpilih dua kali periode maka masa jatuh tempo bukan urusan / noda hitam bagi pemerintahan Jokowi. Apalagi tidak ada jaminan pemerintahan setelah ini dapat melunasi hutang-hutang dan memiliki sistem management hutang yang baik. Berjudi dengan apa yang akan terjadi dimasa depan dengan menjanjikan geliat ekonomi meningkat dan management hutang yang baik seperti mengumbar sikap optimis berlebihan. Perjudian yang mempengaruhi kehidupan vital orang banyak terlihat sangat beresiko dan nekat. Proses perjudian tersebut masih berlangsung saat ini dan hanya bisa menanti apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang.
            Tahun 1920 Tan Malaka dalam tulisan berjudul Semangat Muda menguraikan analisis tentang kondisi ekonomi Indonesia mengatakan “Adapun   sifat   kapitalisme   di   jajahan,   seperti   Indonesia   dan Asia  lain, adalah  berlainan  sekali  dengan  kapitalisme  di Belanda dan Eropa lain. Disana lahir dan majunya kapitalisme itu terbawa oleh   keperluan   negeri   sendiri,   sedangkan   di   sini   lahir   dan majunya   kemodalan   itu   terbawa   oleh   keperluan   bangsa   asing. Sebab itu di Eropa majunya kapitalisme itu dengan jalan menurut alam  atau   Organisch,   sedangkan   di   Indonesia   kunstamatig   atau bikinan. Berpadan dengan hal itu, Kapitalisme di Eropa ada sehat dan   sempurna,   sedangkan   yang   di   Indonesia   verkracht   atau terperkosa, seolah-olah sepokok kayu yang kenakelindungan.”. Suara dari Tan Malaka yang sudah ada dialam kubur  tersebut  masih sangat relevan untuk didengarkan oleh Joko Widodo. Karena tidaklah mungkin sebuah kerja sama tidak memiliki transaksi kepentingan walaupun transaksi tersebut bernilai setara dan itu berarti Joko Widodo sedang mempraktikan kapitalisme era 1920an di tahun 2016.
Sistem pembangunan yang dapat terlihat jelas oleh mata dan penghitungan ekonomi yang dilihat dengan indeks pertumbuhan menggunakan angka membuat kinerja Jokowi dapat dilihat dengan mudah. Kesuksesan pemerintah dapat dilihat dengan mudah dimasa yang akan datang. Namun berbicara ekonomi bukan hanya berbicara soal perubahan angka dan apa yang berdiri kokoh secara fisik namun berbicara tentang kesejahteraan dan kesetaraan.
Kesenjangan antara miskin dan kaya di Indonesia cukup jauh dan kesejahteraan menggunakan banyak aspek seperti kesehatan, ketersediaan pangan dan keamanan yang menjadikan indikator bangsa ini sejahtera. Sistem kapitalisme yang membawa kepentingan asing tidak akan membawa cita-cita mementingkan rakyat miskin mengejar ketertinggalan dibidang ekonomi namun hanya sebatas mengambil keuntungan yang sebesar-besarnya. Peran negara sebagai pelindung seluruh tumpah darah rakyat Indonesia dapat digugat dengan mudah jika memahami tidak ada jaminan  rakyat kecil dilindungi dengan strategi pembangunan ala Jokowi.
Kartu Indonesia sehat, mempermudah kredit UKM, dan program untuk kemiskinan lainnya dapat meminalisir dari sistem kapitalisme yang dibuat sendiri oleh kebijakan Jokowi. Namun jika sistem kapitalisme tersebut dapat dihindari dan dikontrol oleh penguasa negeri ini, mengapa hal tersebut harus dilakukan? Tidak adakah jalan lain yang minim resiko dimasa depan.
Pembangunan ekonomi yang sederhana dan mengena pada akar dengan menyatukan tenaga dan potensi rakyat yang ada tanpa muluk muluk mencapai target secara ekonomi akan terjadi jika Jokowi bukanlah daendeles 2016. Nyatanya kini Indonesia tidak dapat berdaulat modal dan memilih strategi hutang. Lantang suara Ir Soekarno pada tahun 1957 ketika ia melakukan aksi atas politik kedaulatan modal tidak terdengar Joko Widodo. Tahun 1960 Soekarno berkata “ Kamu tau, sejak 1932 aku berpidato di depan Landraad soal modal asing ini? Soal bagaimana perkebunan-perkebunan itu dikuasai mereka, jika Indonesia ini tidak hanya berhadapan dengan kolonialisme tapi berhadapan dengan modal asing yang memperbudak bangsa Indonesia, saya INGIN MODAL ASING INI DIHENTIKEN, DIHANCURLEBURKEN DENGAN KEKUATAN RAKYAT,KEKUATAN BANGSA SENDIRI, BANGSAKU HARUS BISA MAJU,HARUS BERDAULAT DISEGALA BIDANG….apalagi minyak kita punya, coba kau susun sebuah regulasi agar bangsa ini merdeka dalam pengelolaan minyal” Terlebih pembangunan modal mengutamakan infrastruktur fisik dan faktor kemajuan lainnya tidak begitu gemilang. Pendidikan berjalan ditempat dan tidak ada perubahan perubahan yang mengakar untuk menyiapkan anak bangsa ini memajukan bangsanya. Anak bangsa Indonesia hanya menjadi para bayi merah pemilik hutang asing. Kini dapat dilihat rakyat terus dininabobokan oleh aksi pembangunan yang gemilang kemudian terlena menikmati pembangunan yang ada dengan kelancaran, kemudahan dan kemajuan. Apakah ada kesadaran bahwa kenikmatan yang dirasakan adalah hasil hutang yang belum tentu dapat dibayar?
Bahu membahulah membayar hutang bangsaku dimasa kini dan masa depan. kita hidup menjadi alat pembayar hutang. Tiap hari dan tiap detik kita robot pembayar hutang. Sebuah negara berhutang memang wajar namun tidak mendengarkan petuah para pahlawan dalam menancapkan dasar ekonomi terlihat menjadi bangsa buta permanen terhadap sejarah. Masa lalu sampai dimasa kini tak menjadi pertimbangan. Tapi ya sudah terimalah strategi pemimpin kita dengan plus minusnya. Rakyat kecil cukup diam! Tanpa negara bisa hidup ! dengan negara yang terus korupsi saja tetap hidup! Terus membayar hutang pun bisa hidup! Yang ada jika rakyat kecil tidak maka bangsa ini tidak pernah ada! Negara opo toh ?
BANGUN INFRASTRUKTUR FISIK DAN DIKENANG SEPERTI KEHEBATAN DAENDELS! BANGUN AYO BANGUN! PENDIDIKAN SEBAGAI TUNAS KEBAHAGIAAN LUPAKAN.. LUPAKAN!
MENTAL TERJAJAH! MENTAL BUDAK! CUKUP LAWAN DENGAN JARGO… INDONESIA HEBAT!
Catatan kecil saja agar ingat hutang dan Jokowi. Hahahhahahahhaha

My Friend Will Get Married Soon

last night, I got the message from she that she going to married on Sunday 28th February. I was very surprised and unconsciously sms ahong. It seems like just yesterday she was greeted at the Science Faculty, and I requested for water which is beside her bag.
I think just yesterday I accompanied her search for religious book
I think it was yesterday working on UAS Sociology one room
I think I was just yesterday she asked in WA  "real mba not want graduation tomorrow?"
I think I was just yesterday and he told me about our students each
I think just yesterday I vent about boy  to her .
now she going to take a new life ..
difficult to say other than "I'm happy"

Biografi Gus Dur Penulis Greg Barton

Saya baru kali ini berkesempatan membaca biografi Gus dur.
Beberapa kali hanya membaca potongan-potongan cerita tentang guru bangsa satu ini.
Buku yang ditulis Greg Barton ini cukup bagus dengan menceritakan kisah kehidupan gusdur tanpa melebih-lebihkan dan juga lengkap. Dibalik segala hidupnya yang luar biasa sejak muda iapun sosok yang memiliki kelemahan sama seperti manusia lainnya terutama dalam masa muda yang mengabaikan kuliah, memimpin dengan managemen ekonomi NU dan sebagai ayah yang kurang romantis. Tetapi sikap ingin belajar,dan rasa ingin tahu, tabah dengan cobaan, sederhana melahirkan menjadi sosok demokratis dan pemikirannya yang jauh melesat dari jamannya. saya belajar dari tokoh ini adalah tokoh yang memang memiliki modal semangat belajar dan rasa ingin tahu yang tinggi sehingga membentuk dirinya menjadi sosok luar biasa.
Menjadi hiburan tersendiri membaca buku ini. semoga anda juga berminat menelusiri banyak karya kehidupan manusia lain juga namun tanpa mengkultuskannya.

Mengapa orang pintar kalah dengan orang bodoh ?

Pertanyaan hidup saya " mengapa orang pandai kalah dengan orang bodoh?"
Praduga saya adalah orang pandai dinegeri ini mengisolasi kehidupan mereka dan cara belajar mereka. mereka hanya kemudian menyampaikan gagasan mereka. Banyak gagasan yang sangat cemerlang yang dilakukan oleh orang pandai namun kalah oleh jutaan pemikiran goblog dinegeri ini. itu karena sistem demokrasi membenarkan sesuatu dari jumlah yang besar bukan kebenaran yang bisa diuji. Sehingga sering saya temui yang waras akhirnya melunak pada keadaan dan memilih ikut gila dalam menjalani hidup. selain itu hal kenapa orang pandai kalah karena faktor uang dinegeri ini adalah dewa dan pesulap sejati. Dengan uang orang bisa melakukan apa saja.
Hal itu membuat saya sadar bahwa kebiasaan-kebiasaan yang memunculkan kepandaian harus dipropagandakan agar semua orang lebih cerdas dan goblog berjamaah akan miskin makmum.
Memberikan amanat untuk negeri ini lebih cerdas pada pemegang gelar bagi saya adalah kebodohan juga. gelar dinegeri ini makin menjadi barang obral yang tak berpengaruh apapun pada keberlangsungan banyak manusia. Hal yang terkecil yang bisa dilakukan adalah membagi apa yang dipelajari agar orang lain memahami otak kita dan segala mimpi kita.
saya memiliki kepercayaan bahwa membaca buku tidak membuat cerdas namun bisa membuat malas berpikir. tetapi saya tetap membaca buku untuk tujuan bisa memahami pemikiran orang lain, sudut-sudut kepercayaan orang lain dan bagaimana manusia memahami dunia. ketika membaca buku orang akan mencoba toleransi pada banyak gejolak didunia ini.
Jelas saya bukan orang pandai tetapi saya orang yang dituntun dengan rasa ingin tahu saya. Bukan sok pandai saya membagikan apa yang dipelajari tetapi itu tugas saya yang telah diberikan kesempatan bertemu dengan ilmu. Saya membaginya dan terserah anda mau berkomentar apa. saya hanya memiliki mimpi semua orang menggunakan kecerdasaannya untuk berbagi dan mengkasihi sesamanya.

Derita 2.16#


Namanya juga orang radikal
pastinya selalu bengal
siap membegal
dan berani menjagal
aku kini berasa jadi pendekar
walau body kini ga kekar
tapi suara masih koar koar
biar hidup makin berkobar
tapi kini wajib tutup mulut
jadi cewe berlaga imut
kata orang biar lebih good
aku si cuma manggut manggut
Diam tertahan menjadi revisionista
siang hari pagi terasa tersiksa
tekanan begitu hebatnya
kalo ga kuat mental bisa gila
aku si cuma modal hahahhaha
biar hidup makin mempesona
aku pagi mencari si dosbing
sambil nyari cowo bening
tapi ternyata ga ada yang cling cling
entahlah beban seperti tak bergeming
aku cuma singing...
" ayo goyang dumang biar hati senang ,,, "
tapi tetap saja makin tak tertahan
aku memang harus melawan
dan terus melaksanakan tantangan
aku mencoba mengerahkan kejantanan
ya soal karya yang penting usaha
derita mah dimanapun ada
yang penting selalu berdoa
kelah akan ada cahaya
kemilau surga dari sebuah kerja
kalo masih bisa bilang asu
berarti aku masih punya mutu
mutu brandal iblis melawan takdirku
bosan bodoh dan malah dungu
pokoknya sukses i lop u...